BEM FT UHAMKA

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Sinergi dan Progresif | 2012-2013

Bidang-bidang BEM FT UHAMKA 2012-2013

KMFT UHAMKA

Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik UHAMKA

Movement and Responsibility

“berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”

Agenda Kita Terdekat ...

Deskripsi Agenda

Senin, 27 Mei 2013

Reportase Congklak Cup 2013

Dalam rangka memperingati MILAD FT UHAMKA yang ke 16,  Senin, 27 Mei 2013 FT UHAMKA menggelar acara “CONGKLAK CUP” sebagai salah satu dari serangkaian acara yang telah disiapkan. CONGKLAK CUP sendiri mengusung tema “Back to Traditional Game, in Around a Gadget Game” yang bertujuan mengenalkan kembali permainan tradisional ini sekaligus bernostalgia pada permainan yang mulai terlupakan ini. OC pelaksana CONGKLAK CUP yaitu saudari Ana Fitria Dewi yang mengerahkan panitia kurang lebih sebanyak 7 orang dan 5 orang sebagai pengawas jalannya permainan, lalu saudara Naufal Ghifari sebagai SC dan Ketua BEM saudara Tirta Anhari.
 
Sistem permainan dalam CONGKLAK CUP ini terdiri dari 5 babak dengan sistem gugur sehingga di babak perempat final hanya menyisakan 4 orang pemain yaitu saudara Wahyu, Fika, Nurul, dan Bang Rohim. Di perempat final permainan mulai terasa sengit antara Wahyu vs Fika dan Bang Rohim vs Nurul. Namun sayang, perjuangan Wahyu dan Nurul harus berhenti di babak perempat final. Dan yang maju ke babak final adalah Bang Rohim dan Fika. Setelah 5 menit pertandingan babak final antara Bang Rohim vs Fika berjalan, diputuskanlah pemenang dari CONGKLAK CUP yaitu saudari Fika dari prodi matematika FKIP. Selamat kepada saudara Fika atas kemenangannya.. Dan terima kasih kepada seluruh peserta beserta para supporter-nya yang telah berpartisipasi meramaikan acara MILAD FT UHAMKA yang ke 16. Terima kasih juga untuk para panitia yang sudah bekerja secara maximal menyiapkan acara ini. Semoga dengan adanya kegiatan ini dapat mempererat hubungan silaturrahim warga UHAMKA khususnya KMFT UHAMKA..

Trims – pubdok div.

galery congklak cup 2013 
 






Kamis, 23 Mei 2013

#Berbagi ala Femi Istiani

Bakti Sosial di Kamp. Gunung Batu III Desa Sukaharja
kec. Suka makmur – kab. Bogor

Sehubung dengan acara Milad Teknik yang ke-16 , Tepatnya pada tanggal 10-12 meii 2013 mahasiswa/i UHAMKA fakultas Teknik mengadakan acara Bakti Sosial di Kamp. Gunung Batu III Desa Sukaharja,  kec. Suka makmur – kab. Bogor .

Kami berangkat tanggal 10 Mei 2013 jam 09.00 wib dari kampus uhamka limau II kebayoran baru – Jaksel menuju kamp. Gunung Batu III , Saya sendiri  merasa sangat senang karena dapat bergabung di Tim Baksos ini , yang ada dipikiran saya saat itu campur aduk karena entah saya tidak tau yang akan terjadi di sana itu seperti apa dan apa saja kendalanya , belum lagi saya juga ditugaskan untuk mengajar anak-anak SD kelas 1 & 2 , jujur saya takut karna dari sebelumnya saya juga tidak pernah mengajar .

Akhirnya tepat pada pukul setengah 12 siang saya dan tim sampai ditujuan Alhamdulillah dengan selamat , dengan perjalanan yang cukup melelahkan karena tempat yang dituju masih bisa dibilang daerah yang terpencil , tanda tanya yang ada dipikiran saya akhirnya mulai terjawab satu per satu . Desa yang tenang tanpa bising suara lalu lalang kendaraan seperti diJakarta , udara yang sejuk pemandangan yang sangat luar biasa indahnya disekitar pekarangan sekolah . sangat prihatin melihat daerah yang sangat subur tetapi terlihat nampak jelas keadaan kelas , musholah dan mck yang tidak terawat . yang terbesit dipikiran saya sangat luar bisa guru-guru yang mau mengajar di MTS An-Nur tanpa bayaran sedikitpun dan yang luar biasa lagi pade & bude Arief dan warga sekitar yang masih peduli akan pendidikan yang memperjuangkan MTS An-Nur dari 2001 sampai sekarang masih tetap berdiri dengan baik dan sudah meluluskan dua angkatan dengan nilai yang sangat membanggakan .sesampai disana saya dan tim beristirahat sejenak kemudian langsung kerja bakti membersihkan kelas , mushola dan mck .

Keesokan harinya saya dan tim melanjutkan aktivitas , saya sangat nervous karena saya jujur masih bingung dengan materi yang harus saya sampaikan kepada  murid-murid kelas 1 & 2 karena saya takut mereka tidak mengerti dengan apa yang akan saya jelaskan nanti . saya dan tim pengajar yang bertugas di SD langsung menuju lokasi dan tim yang di SMP juga mempersiapkan semuanya agar pengajaran berjalan sesuai yang diharapkan .Sesampainya saya dan tim di sekolah SD cukup membuat saya menjadi deg-degkan apalagi melihat murid-muridnya yang terlihat sangat ceria bemain dilahan kosong samping sekolah . Akhirnya waktu belajar pun dimulai saya dan Ana Fitria Dewi rekan setim saya di SD langsung masuk kedalam kelas dan wooww sekali saya disambut begitu antusias dengan semangat anak-anak tersebut , melihat senyum mereka yang begitu polos dan ceria saya menjadi semangat untuk menyampaikan materi yang sudah disiapkan , Begitu besar antusias mereka untuk belajar mengenal teknologi karena mereka pun belum tau sama sekali komputer itu seperti apa dan untuk apa mereka tidak tau , cukup prihatin melihat mereka dijaman yang sudah modern ini tapi masih banyak saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan pendidikan yang layak , seragam sekolah mereka pun berfariasi , buku tulis yang mereka gunakan pun menurut saya sangat kusam tetapi dengan semangat yang mereka punya mereka mampu merubah kekurangan itu menjadi sebuah keberuntungan karna sudah dapat bersekekolah . Mereka sangat tertarik sekali dengan materi yang saya dan ana sampaikan apalagi mereka langsung praktek mengetik mereka sangat antusias sekali , anak-anak disana sangat sopan.

Kepolosan dan kejujuran mereka mengajarkan saya banyak hal walaupun hanya 1 hari saya mengajar mereka di SD , telah membuka mata saya lebar-lebar agar selalu bersyukur , mereka saja yang masih SD begitu semangat belajar dengan kondisi yang serba seadanya tanpa mengeluh sedikitpun terimakasih sudah mengajarkan tentang arti hidup yang sebenarya dengan senyuman ketulusan kalian murid-murid SD kamp. Gunung batu III , i will always remember you all ^^. Selesai mengajar saya dan tim langsung menuju kembali ke SMP untuk mempersiapkan acara selanjutnya menonton film “Laskar Pelangi” bersama-sama , hemm ternyata hujan pun datang dan listrik pun mati akhirnya menonton film menjadi sedikit terganggu tetepi dengan adanya mc. yang sudah handal acara tetap berjalan dengan Alhamdlillah lancar , setelah acara nonton bareng selesai saya dan tim ishoma kemudian evaluasi hari kedua sampai pukul sekitar jam10 malam untuk mempersiapkan kegiatan dihari tekhir di kamp. Gunung batu III yaitu bekerja bakti bersama murid-murid SMP .

Keesokan harinya saya dan tim setelah sarapan langsung mengerjakan tugas kerja bakti yang sudah dibagi-bagi untuk dikerjakan bersama-sama , selsesai kerja bakti saya dan tim beristirahat mandi, makan dan mempersiapkan barang bawaan masing-masing . Akhirnya setelah acara semua selesai saya dan tim melakukan penutupan acara dengan memberikan donasi secara simbolis setelah itu menerbangkan pesawat-pesawat kertas mereka yang sudah mereka tulis cita-cita mereka , semoga mereka menjadi pemuda-pemudi penerus bangsa yang berakhlak mulia dan semoga semua apa yang mereka cita-citakan dapat terwujud . aamiin.........

Saya sangat berterimakasih kepada Pade dan Bude, teteh dan a’a dan warga sekitar yang telah menyambut kedatangan kami dengan baik . Dan juga yang saya banggakan ketua BEM kita Tirta Anhari , SC Naufal Ghifari , OC Wahyu Haryanto dan Semua panitia yang ikut serta dalam mensukseskan acara Bakti Sosial ini , tanpa adanya kerjasama yang baik di Tim mungkin acara ini tidak akan berjalan dengan baik , terimakasih kepada semua panitia yang sudah mau meluangkan waktunya , tenaga dan pikiran demi berjalannya acara Bakti Sosial ini semoga kerja keras kita semua dapat membuahkan senyum ceria anak-anak di kamp. Gunung Batu III .

KeepSpirit

GODBLESSYOUALL KMFT UHAMKA

-Femi Istiani-

Minggu, 19 Mei 2013

#Berbagi ala Aviva Rusda

Assalamualaikum~
Bismillah~ 
ucapan pertama yang terucap ketika menulis karya tangan yang merupakan hasil pengolahan panca indera pengelihatan yang bersinergi dengan perasaan ketika saya seorang mahasiswi baru menginjakan kaki di tengah tengah tempat yang sama sekali belum pernah saya bayangkan sebelumnya.
Jika di berikan pertanyaan 3 kata untuk tempat seindah itu. Maka dengan spontan diri saya pribadi akan mengataka indah menawan menapjukan. Tetapi ketika pertanyaan ini datang “3 kata untuk pendidikan disana?”, saya dengan spontan juga mengatakan “kurang, begitu kurang, dan tertinggal”.
Subhanallah~ 
di tengah keramaian Jakarta dengan begitu kemewahan dan tatanan gemerlap keelokan tempat yang kita sebut dengan ibu kota, tetapi segaris arah tempat di dekatnya, tidak begitu jauh bahkan! Sudah melampaui batas kekurangan dari sebuah tempat yang sedang terjalankannya sebuah kegiatan belajar. Benar! Pendidikan~ pendidikan yang kita rasakan di Jakarta sangat berbanding terbalik, bahkan jauh berbeda ketika kita rasakan di tempat ini.

Kekayaan alam yang sangat melimpah bukan sebuah jaminan pedidikan bisa masuk dan menjadi landasan terciptanya anak anak penerus bangsa yang memiliki ilmu yang melimpah di tempat ini. TIDAK! Jelas TIDAK! Ini terbukti dari desa yg saya tapaki kemarin dari tanggal 10-13 mei. Subhanallah~ di tengah bergelimpangan kekayaan alam yg hijau dan melimpah.. tetapi masih saja ada sekolah yg sangat amat kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah sekitar.

Apa karna lokasi yg jauh dari kota? Apa karna jalanan yg susah di tuju? Atau karna daerah terpencil? BUKAN ALASAN! Jika saja pemerintah mau sedikit menyentuh dan melihat di dalamnya, mereka akan menyesal bilamana mereka tidak memperhatikan tempat yg menurut saya pribadi memiliki potensi melahirkan banyak penerus bangsa yg berpendidikan dari tempat.

Tidak udah bertele tele~ langsung ke pokok utamanya. Kenapa saya bilang pemerintah seharusnya perduli akan tempat tersebut! IYA!!! Karna semangat dari anak-anak yg bersekolah disana. Ada alasan lain?! Jelas banyak!! Tetapi alasan yg mendasar yg sangat amat bisa kita ambil dan kita sadari adalah semangat mereka para anak-anak yg masih mau belajar untuk duduk dan membaca di ruang kelas sekolahnya, menerima ilmu dengan kondisi yg menurut saya pribadi sangat amat memprihatinkan. Jika  kita melihat ke jaman modern seperti ini. Tanpa Teknologi, dengan buku yg seadanya, bangunan yg tanpa jendela, dan gedung yg hampir roboh bisa saya simpulkan. LUAR BIASA! Mereka tetap mau datang dan belajar di kala kondisi mereka seperti itu.

Mengeluh pun mungkin menurut mereka adalah hal yg sia sia. Mengeluh tak akan membuat semua nya berubah. Bisa diliat oleh saya pribadi, tak satupun kata keluhan keluar dari celotehan polos mereka, hanya senyuman bahagia dan kepolosan yg suci yg mereka perlihatkan kepada saya. Subhanallah.

Bahagia rasanya bisa memberikan sedikit ilmu kepada mereka, walaupun saya tau ilmu yg saya berikan masih terbilang standar. Tapi bangga rasanya ketika mereka menerimanya dan menghargainya dengan memberikan senyum polos tersebut. Smangat yg mereka tularkan kepada saya~ akan saya simpan disini, di diri saya. Mereka semua mengajarkan saya untuk “Tetap hidup, Tidak mengeluh, Tetap berjalan ketika gelap, dan Bergegas ketika terang, Menggapai ketika sampai”. Smangat yg di tularkan kepada saya.. akan tetap terus saya simpan. Saya yakin mereka semua yg disana, atau salah satu atau bahkan semuanya yg ada disana akan sukses. Amin~ tanamkan smangat itu pada diri kita. kita beruntung, pantaskah kita mengeluh? Mereka yg disana pun tidak mengeluh. Malu~ ketika kita yg lebih beruntung dari mereka harus mengelu. Hentikan mengeluh! Hidup, Berjalan, Bergegas, Sampai, dan Gapailah! Itu yg saya dapatkan dari senyuman surge mereka anak-anak desa gunung batu.
Wassalam~

Senin, 13 Mei 2013

#Berbagi ala Tirta Anhari


Sekolah Rolling Door (Ketulusan adalah Kepahlawana)
Oleh : Tirta Anhari
-Tulisan Tertulis-

Saya mulai dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, zat suci yang menciptakan alam semesta dan seisinya, zat yang menciptakan cinta, zat yang menciptakan ketulusan, zat yang menciptakan mimpi dan harapan besar yang baik, zat yang menjaga kita ketika kita tertidur, zat yang menciptakan Adam dan keturunannya, zat yang menciptakan langit dan pelangi yang indah, zat yang menciptakan kasih sayang, zat yang menciptakan manusia, zat yang menciptakan cahaya, zat yang menciptakan harapan dan kekhawatiran, zat yang menciptakan udara untuk kita bernafas, zat yang Maha Pahlawan, zat yang menciptakan segalanya…

Terbesit dalam pikiran, pernah berkunjung ke sebuah desa terpencil diatas gunung, yang tak jauh dari ibukota. Terletak kurang lebih 70 km dari Jakarta yang secara geografis tidak jauh dari pusat peradaban Ibukota. Namanya kampung Gunung Batu III Desa Sukaharja Kecamatan Sukamakmur Kab. Bogor. Daerah ini memiliki banyak keragaman budaya, pandangan hidup, sosial ekonomi dsb, yang noteband adalah petani dan pekerja kasar. Setiap penduduknya mempunyai kemandirian dan daya juang yang tinggi, tidak seperti di “kota” yang ketergantungan, individualis bahkan kapitalis. Skip dari hal-hal yang menyudutkan salah satu pihak, kembali kepada topik awal bahwa di lokasi tersebut keindahan alam bumi Indonesia membuat kita sadar betapa indahnya alam ini yang dilukiskan sang Maha Pencipta. Semua lukisanNya membuat kita berfikir dan tenang, hal-hal yang menyejukkan hati dan melepas “dahaga” membuat udara yang masuk dalam paru-paru membersihkan seluruh oksigen dalam tubuh dari “jahat”nya udara ibukota. Kunjungan beberapa hari ini, dalam rangka program kerja organisasi di kampus yang termaksud bakti sosial dengan fokus pada pendidikan dan pengenalan teknologi. Memang payahnya saya, ya saya adalah tidak inisiatif mencari lokasi yang “luar biasa” sendiri, tetapi harus ada program dikampus. Tapi saya merasa beruntung “dipaksa” mencari lokasi tersebut. Alhamdulillah niat baik ini terealisasikan karena banyak dorongan dan dukungan serta terbentuknya niat dari hati yang tulus. Kembali ke topic awal, hal yang menjadi prioritas utama dalam diri adalah bagaimana mencari medan yang terbaik dalam program kali ini.

Kondisi awalnya dari tampak luar tampak lazim biasanya, ternyata semuanya berbeda dengan hipotesa awal. Bangunan yang terlihat tua, pemandangan alam sekitar yang sepi dan sejuk memperlihatkan kondisi tempat yang tenang, sangat kondusif dalam belajar mengajar. Dinding-dinding sekolah dan langit-langitnya yang sudah agak lapuk, atap-atap yang bocor dan panas jika terkena terik mentari, menggambarkan bangunan yang “terawat oleh alam”. Bergegas saya harus mencari rumah orang yang berada di balik semua ini. Namanya pak’ Arif orang biasanya menyebut pak ’e atau pak’guru di sekitar lokasi gunung batu. disebut pak’guru karena hanya dia dan segelintir orang yang lulusan sarjana dan orang yang pemerhati terhadap pendidikan. Awalnya beliau adalah seorang insinyur pertanian dari Jawa Timur yang di “lempar” pemerintah untuk menjadi kepala pertanian disana yang mengurus kurang lebih 20 hektar tanah. Setelah sekitar 5 tahun dari tahun 2001 dia melihat kondisi pendidikan dan budaya disekitar yang jauh sekali perbandingannya di ibukota yang noteband nya tidak jauh. Dari ratusan kepala keluarga hanya beberapa orang yang lulus SMP, sebagian besar lulus SD langsung kerja atau bahkan menikah!. Hal ini membuat saya terus mencari informasi karena penasaran saya akhirnya saya mewawancari pak’guru dari negeri sebrang (sebutan saya) sampai larut malam.

Saya lanjutkan cerita bahwa disana ternyata pandangan penduduk tentang pendidikan masih rendah, banyak orang tua yang berpandangan “untuk apa sekolah?”, “mau jadi apa setelah sekolah tinggi-tinggi?”,”mendingan kerja aja dan langsung nikah!?!”. Langsung saja pada intinnya bahwa maksimal pendidikan mereka adalah SD/MI untuk bisa dapat ijazah SD dan dapat membaca dan menulis, setelah SD sudah cukup. Bahkan, yang sampai SD saja hanya sedikit. Hal ini membuat saya dan teman-teman seperjuangan dikampus terkejut dan merasa perlu adanya perubahan. Saya tidak menyangka lokasi yang tidak jauh dari ibukota yang mewah dan megapolitan dan Negara yang kaya, tetapi masih ada lokasi di negaranya sendiri jauh dari pendidikan. UUD’45 dalam alineanya ada kata-kata “mencerdaskan kehidupan bangsa” bahkan dalam pasal 31 ayat 1-5 ada tulisan “pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara” wah! Bagaimana ini?!?!?. Apakah semua konsep tersebut hanyalah sebuah definisi? Apakah hanya sebuah retorika? Apakah hanya sebuah angan-angan?. Pendidikan yang tidak merata serta perhatian pemerintah yang kurang disana memperlihatkan perlu adanya evaluasi dari semua pihak, namun semuanya berawal dari sebuah ketulusan dan tanggung jawab.

Pak’ guru yang sudah dari tahun 2001 tinggal disana merasa “gerah” dengan kondisi tersebut. pada akhirnya tahun 2005 ia bersama istri dan rekan-rekan yang mempunyai pemikiran sama mencari lahan yang kosong untuk dijadikan sekolah. Bertemu dengan seorang ibu dari Jakarta yang mempunyai kios atau ruko ukuran kurang lebih 7mx6m yang sudah tak terawat, dengan negosiasi akhirnya kios tersebut diizinkan untuk dijadikan sekolah dengan izin omongan dan status aslinya adalah “pinjaman”. Dengan tekad ketulusan yang kuat, mereka berhasil menjadikan  “sekolah” tersebut kelas jauh dari sekolah yang ada dikecamatannya. Sekolah kelas jauh tersebut adalah MTs Annur yang berarti artinya cahaya. Semoga ini menjadi cahaya bagi penduduk sekitar, ujar pak’guru. hari-hari pertama sekolah mulai berjalan penduduk-penduduk yang pemikirannya masih terjebak dan ter-degradasi membuat selentingan atau julukan yang membuat panas telinga kepada sekolah tersebut seperti, “sekolah toko”, “sekolah pasar” “sekolah ruko” yang memang pintu kelasnya adalah rolling door dan lagi-lagi saya hampir menetekan air mata. Siswa-sisiwi yang belajar disana tidak membayar sepersen pun dan orang tua yang menyekolahkan anaknya pun tidak mau membayar. Pak’guru dan rekan-rekannya pun harus meyakinkan orang tua terlebih dahulu untuk menyekolahkan anaknya dengan jaminan tidak membayar sampai lulus. Bahkan ketika saya kerumah pak’guru ada siswa yang menangis karena disuruh bapaknya bekerja dibanding harus sekolah dengan pilihan “sekolah tidak naik motor atau kerja tapi dikasih motor!?!”. Memang pilihan yang cukup sulit apalagi sambil dimarahi. Heeuuh… saya merasa iba dan ingin sekali menemui orang tuanya, tapi apa daya tak ada yang bisa saya lakukan selain mengelus kepala.  Seiring berjalan waktu, akhirnya sampai saat ini sekolah tersebut meluluskan 2 angkatan dengan nilai terbaik dan mengalahkan sekolah yang ada dipusat!  subhanallah dan merasa terharu mendengarnya. Hingga akhirnya seorang ibu-ibu baik dari Jakarta tersebut mengizinkan pembangunan 2 lokal lagi untuk kelas 1, 2 nya dan bahkan pak’guru bersama istri dan rekannya mendirikan PAUD, MI dan MA sekaligus dengan bermodalkan ketulusan dan tekad walau berstatus “kelas jauh” dan tanah yang berstatus “pinjam”. Dengan kondisi sarana se-adanya dan tenaga pengajar yang tidak di gaji sepersen pun bermodalkan niat dan ketulusan yang kuat membuat kami iri dan heran, membuat kami bertanya apakah semangat mereka dan ketulusan mereka mampu kita lakukan?

Dengan celotehan yang tidak enak didengar dan pandangan penduduk yang kurang mendukung dan seiring berjalan waktu, akhirnya mindset penduduk berubah dengan beberapa murid yang bersekolah disana menjadi sarjana dan kembali mengabdi di desa tersebut. Hal ini membuat pengajar yang hanya terdiri 4 orang untuk semua jenjang pendidikan merasa semakin kuat, hingga pada tahun 2013 ini sekolah mulai ramai dengan bannyaknya orangtua yang menyekolahkan anaknya tersebut secara gratis. Saya kembali kekondisi penduduk yang taat dengan agama dan mayoritas muslim namun berbeda pandangan soal pendidikan. Mereka melihat pendidikan terpisah dengan agama, alias sekolah formal tidak akan bisa menjadikan ustad atau kyiai, padahal sekolah merupakan bagian dari Islam dan ajarannya. Hadits Nabi tentang “menuntut ilmu adalah kewajiban dari buaian hingga liang lahat” merupakan salah satu landasannya, bahkan masih banyak lagi. Sekolah formal dan sistem pendidikan di Negara adalah bagian dari mencerdaskan kehidupan bangsa untuk mencapai sebuah tujuan yang universal bagi semua manusia dan alam seisinya untuk mencapai suatu kebahagiaan bersama. Sekolah formal atau kita sebut saja pendidikan adalah merupakan suatu cara untuk meningkatkan kecerdasan manusia, meningkatkan status sosial masyarakat, hak bagi setiap warga Negara, suatu hal yang bersifat wajib dan menjadi cara untuk menjadikan manusia seutuhnya yang berbudaya, mempunyai pribadi yang ber-akhlaq, jujur, disiplin, mandiri, berjiwa besar sehingga mampu menciptakan kehidupan yang damai dan saling bergotong-royong. Belajar (sekolah) bertujuan membuat manusia menjadi manusia yang baik dimata masyarakat, dimata Sang Pencipta agar memahami kebesaran-Nya sehingga akal mampu meresapi dan mensyukuri nikmat-Nya. Ya, singkatnya dengan cara menjadikan akal berfungsi secara normal. Akal akan berfungsi secara normal dengan pendidikan baik agama atau pendidikan yang formal ilmu sains. Tak lain tak bukan bertujuan agar manusia mendapatkan hidup yang layak dan menjadikan manusia mengerti tujuan hidup.

Saya kembali ceritakan seorang pribadi luar biasa disana berjuluk Pak’guru yang ber-insinyur pertanian bahkan tidak mampu meninggalkan gunung batu ketika ditawarkan bekerja di perusahaan asing diluar negeri karena kerinduan dan ketulusan untuk menguji diri dan menempa diri untuk mencapai kata ketulusan. Hal ini membuat saya kembali terharu dan merasa payah. Ya saya ulangi PAYAH. Pak’guru yang sudah terlihat kurus dan semua rekan guru terkesan menghabiskan waktu hidupnya untuk mengabdi pada daerah tempat tinggalnya dengan sebuah ketulusan dan peng-hambaan kepada Sang Pencipta Allah SWT. Hal ini membuat saya kembali “mengaca diri” !!! kita yang berada di ibukota, atau dimanapun yang mempunyai akses lebih, kemudahan dalam mendapatkan sesuatu, kemudahan dalam mendapatkan fasilitas hidup tidak mampu mencapai sebuah ketulusan seperti itu. Saya beranggapan bahwa ternyata ketidaksesuaian yang terjadi karena kita!, bukan karena dia, atau mereka. Saya mengajak kepada pembaca yang baik untuk tidak memposisikan diri menjadi orang yang paling benar. Saya mengajak kepada pembaca untuk memposisikan diri sebagai orang yang baik, dan ternyata sayapun juga sulit memposisikannya!

Kisah nyata ini ternyata begitu banyak terjadi disekitar kita. Namun, bagaimana kita mendapat dan mengambil hikmah dari semua ini. Sebuah pengorbanan tidak akan bisa disebut berkorban jika tidak dimulai dari sebuah ketulusan. Dan sebuah ketulusan tidak akan disebut ketulusan jika tidak dimulai dari sebuah keikhlasan. Seorang tokoh dan lokasi yang saya ceritakan dari awal, merupakan sebuah “pukulan besar” bagi kita bahwa kita masih menyia-nyiakan waktu, lupa untuk berbagi, membuang kesempatan, tidak bersyukur atas apa yang diberikan dan kita peroleh. Semua hal yang terjadi dalam hidup kita adalah akibat dari apa yang kita lakukan. Masihkah kita serakah? masihkah kita emosi? Masihkah kita bertengkar? Masihkah kita terjebak dengan sesuatu yang tidak penting?. Pertanyaan ini adalah suatu hal yang harus kita jawab bersama. Saya optimis, jika kita berpegangan tangan dan mau bersama berubah untuk menjadi yang lebih baik dan mulai dari hal yang kecil dari diri sendiri, maka tidaklah tidak mungkin semua mimpi dan harapan kita bersama akan terwujud. Mari bersama saling berbagi, saling nasehat menasehati untuk kebaikan. Kisah cerita nyata ini adalah sebuah aksi nyata dari ketulusan, manifestasi sebuah tulus dan kejernihan hati yang menciptakan sebuah KEPAHLAWANAN. 

wahai zat yang Maha pengasih jadikan kami orang yang pengasih yang sabar dan baik, tulus lagi ikhlas...

Minggu, 12 Mei 2013

Bakti Sosial Peduli Pendidikan dan Pengenalan Teknologi 2013

10-12 Mei 2013 Alhamdulillah telah selesai

Minggu, 05 Mei 2013

Futsal Competition Teknik Cup 2013


29 April - 03 Mei 2013 BEM FT UHAMKA Bidang Sosial Ekonomi mengadakan kegiatan rangkaian Milad FT UHAMKA dengan agenda pertama kompetisi Futsal yang juga program kerja dari Bidang Iptek dan Kreativitas Mahasiswa. Tim-tim yang ikut pada kali adalah 16 tim yang terdiri mahasiswa teknik khususnya dan dari seluruh fakultas di UHAMKA. kegiatan dilaksanakan dalam sistem group dalam 4 hari. kegiatan berlangsung meriah dan seru ditambah lagi banyak peserta yang cukup berbakat dalam futsal. OC futsal 2013 ini adalah saudara Fajar Jarwo (Mesin'2012) dan kepanitiaan Futsal Competition 2013. setelah persaingan sengit muncullah juara GONGGO FOS dari Teknik Informatika 2010 sebagai juara pertama yang tahun lalu juga menjadi juara, disusul runner up AM-Zero dari Teknik Mesin UHAMKA serta juara ketiga dari Teknik Informatika 2013 kami ucapkan selamat! . Semoga menjadi motivasi agar dapat berprestasi untuk selanjutnya dan membawa nama FT UHAMKA menjadi lebih berprestasi. Salam Olah Raga TEKNIK! sampai ketemu di Liga Futsal Teknik UHAMKA 2014! [red]