Kamis, 19 September 2013
Selasa, 06 Agustus 2013
Jumat, 19 Juli 2013
#Berbagi ala Ahmad Fajar
Berbagi Bersama Part I (http://fajarah.wordpress.com/ 2013/07/17/berbagi-bersama- part-i/)
Berbagi Bersama Part II (http://fajarah.wordpress.com/ 2013/07/18/berbagi-bersama- part-ii/)
Berbagi Bersama Parti III(http://fajarah.wordpress. com/2013/07/18/berbagi- bersama-part-iii/)
Senin, 08 Juli 2013
Minggu, 16 Juni 2013
Senin, 27 Mei 2013
Reportase Congklak Cup 2013
Dalam
rangka memperingati MILAD FT UHAMKA yang
ke 16, Senin, 27 Mei 2013 FT UHAMKA
menggelar acara “CONGKLAK CUP”
sebagai salah satu dari serangkaian acara yang telah disiapkan. CONGKLAK CUP
sendiri mengusung tema “Back to Traditional
Game, in Around a Gadget Game” yang bertujuan mengenalkan kembali permainan
tradisional ini sekaligus bernostalgia pada permainan yang mulai terlupakan
ini. OC pelaksana CONGKLAK CUP yaitu saudari Ana Fitria Dewi yang mengerahkan
panitia kurang lebih sebanyak 7 orang dan 5 orang sebagai pengawas jalannya
permainan, lalu saudara Naufal Ghifari sebagai SC dan Ketua BEM saudara Tirta
Anhari.
Sistem permainan dalam CONGKLAK CUP ini
terdiri dari 5 babak dengan sistem gugur sehingga di babak perempat final hanya
menyisakan 4 orang pemain yaitu saudara Wahyu,
Fika, Nurul, dan Bang Rohim. Di
perempat final permainan mulai terasa sengit antara Wahyu vs Fika dan Bang Rohim
vs Nurul. Namun sayang, perjuangan Wahyu dan Nurul harus berhenti di babak
perempat final. Dan yang maju ke babak final adalah Bang Rohim dan Fika.
Setelah 5 menit pertandingan babak final antara Bang Rohim vs Fika berjalan, diputuskanlah pemenang dari CONGKLAK
CUP yaitu saudari Fika dari prodi
matematika FKIP. Selamat kepada saudara Fika atas kemenangannya.. Dan
terima kasih kepada seluruh peserta beserta para supporter-nya yang telah
berpartisipasi meramaikan acara MILAD FT
UHAMKA yang ke 16. Terima kasih juga untuk para panitia yang sudah bekerja
secara maximal menyiapkan acara ini. Semoga dengan adanya kegiatan ini dapat
mempererat hubungan silaturrahim warga UHAMKA khususnya
KMFT UHAMKA..
galery congklak cup 2013
Kamis, 23 Mei 2013
#Berbagi ala Femi Istiani
Bakti Sosial di Kamp. Gunung Batu III Desa Sukaharja
kec. Suka makmur – kab. Bogor
kec. Suka makmur – kab. Bogor
Sehubung dengan acara Milad Teknik yang ke-16 , Tepatnya pada tanggal 10-12 meii 2013 mahasiswa/i UHAMKA fakultas Teknik mengadakan acara Bakti Sosial di Kamp. Gunung Batu III Desa Sukaharja, kec. Suka makmur – kab. Bogor .
Kami berangkat tanggal 10 Mei 2013 jam 09.00 wib dari kampus uhamka limau II kebayoran baru – Jaksel menuju kamp. Gunung Batu III , Saya sendiri merasa sangat senang karena dapat bergabung di Tim Baksos ini , yang ada dipikiran saya saat itu campur aduk karena entah saya tidak tau yang akan terjadi di sana itu seperti apa dan apa saja kendalanya , belum lagi saya juga ditugaskan untuk mengajar anak-anak SD kelas 1 & 2 , jujur saya takut karna dari sebelumnya saya juga tidak pernah mengajar .
Akhirnya tepat pada pukul setengah 12 siang saya dan tim sampai ditujuan Alhamdulillah dengan selamat , dengan perjalanan yang cukup melelahkan karena tempat yang dituju masih bisa dibilang daerah yang terpencil , tanda tanya yang ada dipikiran saya akhirnya mulai terjawab satu per satu . Desa yang tenang tanpa bising suara lalu lalang kendaraan seperti diJakarta , udara yang sejuk pemandangan yang sangat luar biasa indahnya disekitar pekarangan sekolah . sangat prihatin melihat daerah yang sangat subur tetapi terlihat nampak jelas keadaan kelas , musholah dan mck yang tidak terawat . yang terbesit dipikiran saya sangat luar bisa guru-guru yang mau mengajar di MTS An-Nur tanpa bayaran sedikitpun dan yang luar biasa lagi pade & bude Arief dan warga sekitar yang masih peduli akan pendidikan yang memperjuangkan MTS An-Nur dari 2001 sampai sekarang masih tetap berdiri dengan baik dan sudah meluluskan dua angkatan dengan nilai yang sangat membanggakan .sesampai disana saya dan tim beristirahat sejenak kemudian langsung kerja bakti membersihkan kelas , mushola dan mck .
Keesokan harinya saya dan tim melanjutkan aktivitas , saya sangat nervous karena saya jujur masih bingung dengan materi yang harus saya sampaikan kepada murid-murid kelas 1 & 2 karena saya takut mereka tidak mengerti dengan apa yang akan saya jelaskan nanti . saya dan tim pengajar yang bertugas di SD langsung menuju lokasi dan tim yang di SMP juga mempersiapkan semuanya agar pengajaran berjalan sesuai yang diharapkan .Sesampainya saya dan tim di sekolah SD cukup membuat saya menjadi deg-degkan apalagi melihat murid-muridnya yang terlihat sangat ceria bemain dilahan kosong samping sekolah . Akhirnya waktu belajar pun dimulai saya dan Ana Fitria Dewi rekan setim saya di SD langsung masuk kedalam kelas dan wooww sekali saya disambut begitu antusias dengan semangat anak-anak tersebut , melihat senyum mereka yang begitu polos dan ceria saya menjadi semangat untuk menyampaikan materi yang sudah disiapkan , Begitu besar antusias mereka untuk belajar mengenal teknologi karena mereka pun belum tau sama sekali komputer itu seperti apa dan untuk apa mereka tidak tau , cukup prihatin melihat mereka dijaman yang sudah modern ini tapi masih banyak saudara-saudara kita yang sangat membutuhkan pendidikan yang layak , seragam sekolah mereka pun berfariasi , buku tulis yang mereka gunakan pun menurut saya sangat kusam tetapi dengan semangat yang mereka punya mereka mampu merubah kekurangan itu menjadi sebuah keberuntungan karna sudah dapat bersekekolah . Mereka sangat tertarik sekali dengan materi yang saya dan ana sampaikan apalagi mereka langsung praktek mengetik mereka sangat antusias sekali , anak-anak disana sangat sopan.
Kepolosan dan kejujuran mereka mengajarkan saya banyak hal walaupun hanya 1 hari saya mengajar mereka di SD , telah membuka mata saya lebar-lebar agar selalu bersyukur , mereka saja yang masih SD begitu semangat belajar dengan kondisi yang serba seadanya tanpa mengeluh sedikitpun terimakasih sudah mengajarkan tentang arti hidup yang sebenarya dengan senyuman ketulusan kalian murid-murid SD kamp. Gunung batu III , i will always remember you all ^^. Selesai mengajar saya dan tim langsung menuju kembali ke SMP untuk mempersiapkan acara selanjutnya menonton film “Laskar Pelangi” bersama-sama , hemm ternyata hujan pun datang dan listrik pun mati akhirnya menonton film menjadi sedikit terganggu tetepi dengan adanya mc. yang sudah handal acara tetap berjalan dengan Alhamdlillah lancar , setelah acara nonton bareng selesai saya dan tim ishoma kemudian evaluasi hari kedua sampai pukul sekitar jam10 malam untuk mempersiapkan kegiatan dihari tekhir di kamp. Gunung batu III yaitu bekerja bakti bersama murid-murid SMP .
Keesokan harinya saya dan tim setelah sarapan langsung mengerjakan tugas kerja bakti yang sudah dibagi-bagi untuk dikerjakan bersama-sama , selsesai kerja bakti saya dan tim beristirahat mandi, makan dan mempersiapkan barang bawaan masing-masing . Akhirnya setelah acara semua selesai saya dan tim melakukan penutupan acara dengan memberikan donasi secara simbolis setelah itu menerbangkan pesawat-pesawat kertas mereka yang sudah mereka tulis cita-cita mereka , semoga mereka menjadi pemuda-pemudi penerus bangsa yang berakhlak mulia dan semoga semua apa yang mereka cita-citakan dapat terwujud . aamiin.........
Saya sangat berterimakasih kepada Pade dan Bude, teteh dan a’a dan warga sekitar yang telah menyambut kedatangan kami dengan baik . Dan juga yang saya banggakan ketua BEM kita Tirta Anhari , SC Naufal Ghifari , OC Wahyu Haryanto dan Semua panitia yang ikut serta dalam mensukseskan acara Bakti Sosial ini , tanpa adanya kerjasama yang baik di Tim mungkin acara ini tidak akan berjalan dengan baik , terimakasih kepada semua panitia yang sudah mau meluangkan waktunya , tenaga dan pikiran demi berjalannya acara Bakti Sosial ini semoga kerja keras kita semua dapat membuahkan senyum ceria anak-anak di kamp. Gunung Batu III .
KeepSpirit
GODBLESSYOUALL KMFT UHAMKA
-Femi Istiani-
Minggu, 19 Mei 2013
#Berbagi ala Aviva Rusda
Bismillah~
ucapan pertama yang terucap ketika menulis karya tangan yang merupakan hasil pengolahan panca indera pengelihatan yang bersinergi dengan perasaan ketika saya seorang mahasiswi baru menginjakan kaki di tengah tengah tempat yang sama sekali belum pernah saya bayangkan sebelumnya.
ucapan pertama yang terucap ketika menulis karya tangan yang merupakan hasil pengolahan panca indera pengelihatan yang bersinergi dengan perasaan ketika saya seorang mahasiswi baru menginjakan kaki di tengah tengah tempat yang sama sekali belum pernah saya bayangkan sebelumnya.
Jika di berikan pertanyaan 3 kata untuk tempat
seindah itu. Maka dengan spontan diri saya pribadi akan mengataka indah
menawan menapjukan. Tetapi ketika pertanyaan ini datang “3 kata untuk
pendidikan disana?”, saya dengan spontan juga mengatakan “kurang, begitu
kurang, dan tertinggal”.
Subhanallah~
di tengah keramaian Jakarta dengan begitu kemewahan dan tatanan gemerlap keelokan tempat yang kita sebut dengan ibu kota, tetapi segaris arah tempat di dekatnya, tidak begitu jauh bahkan! Sudah melampaui batas kekurangan dari sebuah tempat yang sedang terjalankannya sebuah kegiatan belajar. Benar! Pendidikan~ pendidikan yang kita rasakan di Jakarta sangat berbanding terbalik, bahkan jauh berbeda ketika kita rasakan di tempat ini.
di tengah keramaian Jakarta dengan begitu kemewahan dan tatanan gemerlap keelokan tempat yang kita sebut dengan ibu kota, tetapi segaris arah tempat di dekatnya, tidak begitu jauh bahkan! Sudah melampaui batas kekurangan dari sebuah tempat yang sedang terjalankannya sebuah kegiatan belajar. Benar! Pendidikan~ pendidikan yang kita rasakan di Jakarta sangat berbanding terbalik, bahkan jauh berbeda ketika kita rasakan di tempat ini.
Kekayaan alam yang sangat melimpah bukan sebuah jaminan pedidikan bisa masuk dan menjadi landasan terciptanya anak anak penerus bangsa yang memiliki ilmu yang melimpah di tempat ini. TIDAK! Jelas TIDAK! Ini terbukti dari desa yg saya tapaki kemarin dari tanggal 10-13 mei. Subhanallah~ di tengah bergelimpangan kekayaan alam yg hijau dan melimpah.. tetapi masih saja ada sekolah yg sangat amat kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah sekitar.
Apa karna lokasi yg jauh dari kota? Apa karna jalanan yg susah di tuju? Atau karna daerah terpencil? BUKAN ALASAN! Jika saja pemerintah mau sedikit menyentuh dan melihat di dalamnya, mereka akan menyesal bilamana mereka tidak memperhatikan tempat yg menurut saya pribadi memiliki potensi melahirkan banyak penerus bangsa yg berpendidikan dari tempat.
Tidak udah bertele tele~ langsung ke pokok utamanya. Kenapa saya bilang pemerintah seharusnya perduli akan tempat tersebut! IYA!!! Karna semangat dari anak-anak yg bersekolah disana. Ada alasan lain?! Jelas banyak!! Tetapi alasan yg mendasar yg sangat amat bisa kita ambil dan kita sadari adalah semangat mereka para anak-anak yg masih mau belajar untuk duduk dan membaca di ruang kelas sekolahnya, menerima ilmu dengan kondisi yg menurut saya pribadi sangat amat memprihatinkan. Jika kita melihat ke jaman modern seperti ini. Tanpa Teknologi, dengan buku yg seadanya, bangunan yg tanpa jendela, dan gedung yg hampir roboh bisa saya simpulkan. LUAR BIASA! Mereka tetap mau datang dan belajar di kala kondisi mereka seperti itu.
Mengeluh pun mungkin menurut mereka adalah hal yg sia sia. Mengeluh tak akan membuat semua nya berubah. Bisa diliat oleh saya pribadi, tak satupun kata keluhan keluar dari celotehan polos mereka, hanya senyuman bahagia dan kepolosan yg suci yg mereka perlihatkan kepada saya. Subhanallah.
Bahagia rasanya bisa memberikan sedikit ilmu kepada mereka, walaupun saya tau ilmu yg saya berikan masih terbilang standar. Tapi bangga rasanya ketika mereka menerimanya dan menghargainya dengan memberikan senyum polos tersebut. Smangat yg mereka tularkan kepada saya~ akan saya simpan disini, di diri saya. Mereka semua mengajarkan saya untuk “Tetap hidup, Tidak mengeluh, Tetap berjalan ketika gelap, dan Bergegas ketika terang, Menggapai ketika sampai”. Smangat yg di tularkan kepada saya.. akan tetap terus saya simpan. Saya yakin mereka semua yg disana, atau salah satu atau bahkan semuanya yg ada disana akan sukses. Amin~ tanamkan smangat itu pada diri kita. kita beruntung, pantaskah kita mengeluh? Mereka yg disana pun tidak mengeluh. Malu~ ketika kita yg lebih beruntung dari mereka harus mengelu. Hentikan mengeluh! Hidup, Berjalan, Bergegas, Sampai, dan Gapailah! Itu yg saya dapatkan dari senyuman surge mereka anak-anak desa gunung batu.
Wassalam~
Senin, 13 Mei 2013
#Berbagi ala Tirta Anhari
Sekolah Rolling Door (Ketulusan adalah Kepahlawana)
Oleh : Tirta Anhari
Saya mulai dengan menyebut nama
Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, zat suci yang menciptakan alam
semesta dan seisinya, zat yang menciptakan cinta, zat yang menciptakan
ketulusan, zat yang menciptakan mimpi dan harapan besar yang baik, zat yang menjaga
kita ketika kita tertidur, zat yang menciptakan Adam dan keturunannya, zat yang
menciptakan langit dan pelangi yang indah, zat yang menciptakan kasih sayang,
zat yang menciptakan manusia, zat yang menciptakan cahaya, zat yang menciptakan
harapan dan kekhawatiran, zat yang menciptakan udara untuk kita bernafas, zat
yang Maha Pahlawan, zat yang menciptakan segalanya…
Terbesit dalam pikiran, pernah
berkunjung ke sebuah desa terpencil diatas gunung, yang tak jauh dari ibukota.
Terletak kurang lebih 70 km dari Jakarta yang secara geografis tidak jauh dari
pusat peradaban Ibukota. Namanya kampung Gunung Batu III Desa Sukaharja
Kecamatan Sukamakmur Kab. Bogor. Daerah ini memiliki banyak keragaman budaya,
pandangan hidup, sosial ekonomi dsb, yang noteband
adalah petani dan pekerja kasar. Setiap penduduknya mempunyai kemandirian
dan daya juang yang tinggi, tidak seperti di “kota” yang ketergantungan,
individualis bahkan kapitalis. Skip dari
hal-hal yang menyudutkan salah satu pihak, kembali kepada topik awal bahwa di
lokasi tersebut keindahan alam bumi Indonesia membuat kita sadar betapa
indahnya alam ini yang dilukiskan sang Maha Pencipta. Semua lukisanNya membuat
kita berfikir dan tenang, hal-hal yang menyejukkan hati dan melepas “dahaga”
membuat udara yang masuk dalam paru-paru membersihkan seluruh oksigen dalam
tubuh dari “jahat”nya udara ibukota. Kunjungan beberapa hari ini, dalam rangka
program kerja organisasi di kampus yang termaksud bakti sosial dengan fokus
pada pendidikan dan pengenalan teknologi. Memang payahnya saya, ya saya adalah
tidak inisiatif mencari lokasi yang “luar biasa” sendiri, tetapi harus ada
program dikampus. Tapi saya merasa beruntung “dipaksa” mencari lokasi tersebut.
Alhamdulillah niat baik ini
terealisasikan karena banyak dorongan dan dukungan serta terbentuknya niat dari
hati yang tulus. Kembali ke topic awal, hal yang menjadi prioritas utama dalam
diri adalah bagaimana mencari medan yang terbaik dalam program kali ini.
Kondisi awalnya dari tampak luar
tampak lazim biasanya, ternyata semuanya berbeda dengan hipotesa awal. Bangunan
yang terlihat tua, pemandangan alam sekitar yang sepi dan sejuk memperlihatkan
kondisi tempat yang tenang, sangat kondusif dalam belajar mengajar. Dinding-dinding
sekolah dan langit-langitnya yang sudah agak lapuk, atap-atap yang bocor dan
panas jika terkena terik mentari, menggambarkan bangunan yang “terawat oleh
alam”. Bergegas saya harus mencari rumah orang yang berada di balik semua ini.
Namanya pak’ Arif orang biasanya menyebut pak ’e atau pak’guru di sekitar
lokasi gunung batu. disebut pak’guru karena hanya dia dan segelintir orang yang
lulusan sarjana dan orang yang pemerhati terhadap pendidikan. Awalnya beliau
adalah seorang insinyur pertanian dari Jawa Timur yang di “lempar” pemerintah
untuk menjadi kepala pertanian disana yang mengurus kurang lebih 20 hektar
tanah. Setelah sekitar 5 tahun dari tahun 2001 dia melihat kondisi pendidikan
dan budaya disekitar yang jauh sekali perbandingannya di ibukota yang noteband nya tidak jauh. Dari ratusan
kepala keluarga hanya beberapa orang yang lulus SMP, sebagian besar lulus SD
langsung kerja atau bahkan menikah!. Hal ini membuat saya terus mencari
informasi karena penasaran saya akhirnya saya mewawancari pak’guru dari negeri
sebrang (sebutan saya) sampai larut malam.
Saya lanjutkan cerita bahwa disana
ternyata pandangan penduduk tentang pendidikan masih rendah, banyak orang tua
yang berpandangan “untuk apa sekolah?”, “mau jadi apa setelah sekolah
tinggi-tinggi?”,”mendingan kerja aja dan langsung nikah!?!”. Langsung saja pada
intinnya bahwa maksimal pendidikan mereka adalah SD/MI untuk bisa dapat ijazah
SD dan dapat membaca dan menulis, setelah SD sudah cukup. Bahkan, yang sampai
SD saja hanya sedikit. Hal ini membuat saya dan teman-teman seperjuangan
dikampus terkejut dan merasa perlu adanya perubahan. Saya tidak menyangka
lokasi yang tidak jauh dari ibukota yang mewah dan megapolitan dan Negara yang
kaya, tetapi masih ada lokasi di negaranya sendiri jauh dari pendidikan. UUD’45
dalam alineanya ada kata-kata “mencerdaskan kehidupan bangsa” bahkan dalam
pasal 31 ayat 1-5 ada tulisan “pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara”
wah! Bagaimana ini?!?!?. Apakah semua konsep tersebut hanyalah sebuah definisi?
Apakah hanya sebuah retorika? Apakah hanya sebuah angan-angan?. Pendidikan yang
tidak merata serta perhatian pemerintah yang kurang disana memperlihatkan perlu
adanya evaluasi dari semua pihak, namun semuanya berawal dari sebuah ketulusan
dan tanggung jawab.
Pak’ guru yang sudah dari tahun 2001
tinggal disana merasa “gerah” dengan kondisi tersebut. pada akhirnya tahun 2005
ia bersama istri dan rekan-rekan yang mempunyai pemikiran sama mencari lahan
yang kosong untuk dijadikan sekolah. Bertemu dengan seorang ibu dari Jakarta
yang mempunyai kios atau ruko ukuran kurang lebih 7mx6m yang sudah tak terawat,
dengan negosiasi akhirnya kios tersebut diizinkan untuk dijadikan sekolah
dengan izin omongan dan status aslinya adalah “pinjaman”. Dengan tekad
ketulusan yang kuat, mereka berhasil menjadikan
“sekolah” tersebut kelas jauh dari sekolah yang ada dikecamatannya.
Sekolah kelas jauh tersebut adalah MTs Annur yang berarti artinya cahaya.
Semoga ini menjadi cahaya bagi penduduk sekitar, ujar pak’guru. hari-hari
pertama sekolah mulai berjalan penduduk-penduduk yang pemikirannya masih
terjebak dan ter-degradasi membuat selentingan atau julukan yang membuat panas
telinga kepada sekolah tersebut seperti, “sekolah toko”, “sekolah pasar”
“sekolah ruko” yang memang pintu kelasnya adalah rolling door dan lagi-lagi
saya hampir menetekan air mata. Siswa-sisiwi yang belajar disana tidak membayar
sepersen pun dan orang tua yang menyekolahkan anaknya pun tidak mau membayar.
Pak’guru dan rekan-rekannya pun harus meyakinkan orang tua terlebih dahulu
untuk menyekolahkan anaknya dengan jaminan tidak membayar sampai lulus. Bahkan
ketika saya kerumah pak’guru ada siswa yang menangis karena disuruh bapaknya
bekerja dibanding harus sekolah dengan pilihan “sekolah tidak naik motor atau
kerja tapi dikasih motor!?!”. Memang pilihan yang cukup sulit apalagi sambil
dimarahi. Heeuuh… saya merasa iba dan
ingin sekali menemui orang tuanya, tapi apa daya tak ada yang bisa saya lakukan
selain mengelus kepala. Seiring berjalan
waktu, akhirnya sampai saat ini sekolah tersebut meluluskan 2 angkatan dengan
nilai terbaik dan mengalahkan sekolah yang ada dipusat! subhanallah
dan merasa terharu mendengarnya. Hingga akhirnya seorang ibu-ibu baik dari
Jakarta tersebut mengizinkan pembangunan 2 lokal lagi untuk kelas 1, 2 nya dan
bahkan pak’guru bersama istri dan rekannya mendirikan PAUD, MI dan MA sekaligus
dengan bermodalkan ketulusan dan tekad walau berstatus “kelas jauh” dan tanah
yang berstatus “pinjam”. Dengan kondisi sarana se-adanya dan tenaga pengajar
yang tidak di gaji sepersen pun bermodalkan niat dan ketulusan yang kuat
membuat kami iri dan heran, membuat kami bertanya apakah semangat mereka dan
ketulusan mereka mampu kita lakukan?
Dengan celotehan yang tidak enak
didengar dan pandangan penduduk yang kurang mendukung dan seiring berjalan
waktu, akhirnya mindset penduduk
berubah dengan beberapa murid yang bersekolah disana menjadi sarjana dan
kembali mengabdi di desa tersebut. Hal ini membuat pengajar yang hanya terdiri
4 orang untuk semua jenjang pendidikan merasa semakin kuat, hingga pada tahun
2013 ini sekolah mulai ramai dengan bannyaknya orangtua yang menyekolahkan
anaknya tersebut secara gratis. Saya kembali kekondisi penduduk yang taat
dengan agama dan mayoritas muslim namun berbeda pandangan soal pendidikan.
Mereka melihat pendidikan terpisah dengan agama, alias sekolah formal tidak
akan bisa menjadikan ustad atau kyiai, padahal sekolah merupakan bagian dari
Islam dan ajarannya. Hadits Nabi tentang “menuntut ilmu adalah kewajiban dari
buaian hingga liang lahat” merupakan salah satu landasannya, bahkan masih
banyak lagi. Sekolah formal dan sistem pendidikan di Negara adalah bagian dari
mencerdaskan kehidupan bangsa untuk mencapai sebuah tujuan yang universal bagi
semua manusia dan alam seisinya untuk mencapai suatu kebahagiaan bersama. Sekolah
formal atau kita sebut saja pendidikan adalah merupakan suatu cara untuk
meningkatkan kecerdasan manusia, meningkatkan status sosial masyarakat, hak
bagi setiap warga Negara, suatu hal yang bersifat wajib dan menjadi cara untuk
menjadikan manusia seutuhnya yang berbudaya, mempunyai pribadi yang ber-akhlaq,
jujur, disiplin, mandiri, berjiwa besar sehingga mampu menciptakan kehidupan
yang damai dan saling bergotong-royong. Belajar (sekolah) bertujuan membuat
manusia menjadi manusia yang baik dimata masyarakat, dimata Sang Pencipta agar
memahami kebesaran-Nya sehingga akal mampu meresapi dan mensyukuri nikmat-Nya.
Ya, singkatnya dengan cara menjadikan akal berfungsi secara normal. Akal akan
berfungsi secara normal dengan pendidikan baik agama atau pendidikan yang
formal ilmu sains. Tak lain tak bukan bertujuan agar manusia mendapatkan hidup
yang layak dan menjadikan manusia mengerti tujuan hidup.
Saya kembali ceritakan seorang
pribadi luar biasa disana berjuluk Pak’guru yang ber-insinyur pertanian bahkan
tidak mampu meninggalkan gunung batu ketika ditawarkan bekerja di perusahaan
asing diluar negeri karena kerinduan dan ketulusan untuk menguji diri dan
menempa diri untuk mencapai kata ketulusan. Hal ini membuat saya kembali
terharu dan merasa payah. Ya saya ulangi PAYAH. Pak’guru yang sudah terlihat
kurus dan semua rekan guru terkesan menghabiskan waktu hidupnya untuk mengabdi
pada daerah tempat tinggalnya dengan sebuah ketulusan dan peng-hambaan kepada
Sang Pencipta Allah SWT. Hal ini membuat saya kembali “mengaca diri” !!! kita
yang berada di ibukota, atau dimanapun yang mempunyai akses lebih, kemudahan
dalam mendapatkan sesuatu, kemudahan dalam mendapatkan fasilitas hidup tidak
mampu mencapai sebuah ketulusan seperti itu. Saya beranggapan bahwa ternyata
ketidaksesuaian yang terjadi karena kita!, bukan karena dia, atau mereka. Saya
mengajak kepada pembaca yang baik untuk tidak memposisikan diri menjadi orang
yang paling benar. Saya mengajak kepada pembaca untuk memposisikan diri sebagai
orang yang baik, dan ternyata sayapun juga sulit memposisikannya!
Kisah nyata ini ternyata begitu
banyak terjadi disekitar kita. Namun, bagaimana kita mendapat dan mengambil
hikmah dari semua ini. Sebuah pengorbanan tidak akan bisa disebut berkorban
jika tidak dimulai dari sebuah ketulusan. Dan sebuah ketulusan tidak akan
disebut ketulusan jika tidak dimulai dari sebuah keikhlasan. Seorang tokoh dan
lokasi yang saya ceritakan dari awal, merupakan sebuah “pukulan besar” bagi
kita bahwa kita masih menyia-nyiakan waktu, lupa untuk berbagi, membuang
kesempatan, tidak bersyukur atas apa yang diberikan dan kita peroleh. Semua hal
yang terjadi dalam hidup kita adalah akibat dari apa yang kita lakukan.
Masihkah kita serakah? masihkah kita emosi? Masihkah kita bertengkar? Masihkah
kita terjebak dengan sesuatu yang tidak penting?. Pertanyaan ini adalah suatu
hal yang harus kita jawab bersama. Saya optimis, jika kita berpegangan tangan
dan mau bersama berubah untuk menjadi yang lebih baik dan mulai dari hal yang
kecil dari diri sendiri, maka tidaklah tidak mungkin semua mimpi dan harapan
kita bersama akan terwujud. Mari bersama saling berbagi, saling nasehat
menasehati untuk kebaikan. Kisah cerita nyata ini adalah sebuah aksi nyata dari
ketulusan, manifestasi sebuah tulus dan kejernihan hati yang menciptakan sebuah
KEPAHLAWANAN.
wahai zat yang Maha pengasih jadikan kami orang yang pengasih yang sabar dan baik, tulus lagi ikhlas...
wahai zat yang Maha pengasih jadikan kami orang yang pengasih yang sabar dan baik, tulus lagi ikhlas...
Minggu, 12 Mei 2013
Minggu, 05 Mei 2013
Futsal Competition Teknik Cup 2013
29 April - 03 Mei 2013 BEM FT UHAMKA Bidang Sosial Ekonomi mengadakan kegiatan rangkaian Milad FT UHAMKA dengan agenda pertama kompetisi Futsal yang juga program kerja dari Bidang Iptek dan Kreativitas Mahasiswa. Tim-tim yang ikut pada kali adalah 16 tim yang terdiri mahasiswa teknik khususnya dan dari seluruh fakultas di UHAMKA. kegiatan dilaksanakan dalam sistem group dalam 4 hari. kegiatan berlangsung meriah dan seru ditambah lagi banyak peserta yang cukup berbakat dalam futsal. OC futsal 2013 ini adalah saudara Fajar Jarwo (Mesin'2012) dan kepanitiaan Futsal Competition 2013. setelah persaingan sengit muncullah juara GONGGO FOS dari Teknik Informatika 2010 sebagai juara pertama yang tahun lalu juga menjadi juara, disusul runner up AM-Zero dari Teknik Mesin UHAMKA serta juara ketiga dari Teknik Informatika 2013 kami ucapkan selamat! . Semoga menjadi motivasi agar dapat berprestasi untuk selanjutnya dan membawa nama FT UHAMKA menjadi lebih berprestasi. Salam Olah Raga TEKNIK! sampai ketemu di Liga Futsal Teknik UHAMKA 2014! [red]
Senin, 15 April 2013
Milad 16 FT UHAMKA 1997-2013
-Teknik Futsal Competition 2013
-Baksos Peduli Pendidikan dan Pengenalan Teknologi
-Badminton
-Teknik Care
-Catur
-Congklak Cup
-Acara Puncak
be waiting your partitipation! :)
tweet your expression @bemftuhamka
-Baksos Peduli Pendidikan dan Pengenalan Teknologi
-Badminton
-Teknik Care
-Catur
-Congklak Cup
-Acara Puncak
be waiting your partitipation! :)
tweet your expression @bemftuhamka
Senin, 18 Maret 2013
LKTM 2013
Latihan Kepemimpinan Tingkat Madya (LKTM) dilaksanakan pada tanggal 15 - 17 Maret 2013 di daerah Villa
Pelangi, Batu Layang Puncak Bogor. LKTM adalah suatu tingkat pengkaderan
mahasiswa dalam tatanan atau tingkatan Fakultas serta merupakan suatu cara dari
lembaga mahasiswa dalam mengembangan diri baik pola pikir, kecerdasan
intelektual dan kreativitas. OC pelaksana LKTM saudara Dias Utomo yang
mengorganisir panitia sebanyak kurang lebih 25 orang, lalu SC saudara Catur
Pangestu dan Ketua BEM FT UHAMKA saudara Tirta Anhari.
LKTM 2013 ini mengusung tema "Mengusahakan Terbentuknya Lembaga Mahasiswa Fakultas
Teknik yang Dinamis untuk Inovatif dan Semangat dalam Loyalitas ”
mempunyai tujuan utama yaitu dalam dinamisasi pola pikir serta loyalitas dalam
kewajiban dan tanggung jawab sebagai mahasiswa. Pembicara-pembicara LKTM 2013
BEM FT UHAMKA seperti, Dekan Fakultas Teknik UHAMKA Bapak Mujirudin,S.T,M.T ,
Presma UHAMKA Ahmad Khudori, Ketua Umum MPM UHAMKA Danal Firmansyah, Saudara
Asep, Pengurus BEM FT, Arief Darmawan, DPM FT UHAMKA dsb. Semoga dengan adanya
kegiatan ini dapat bermanfaat untuk bangsa dan kemajuan FT UHAMKA. [red]
Minggu, 10 Maret 2013
Senin, 25 Februari 2013
Mahasiswa? Lebih dari yang kita perkirakan!!!
oleh : Tirta Anhari
-Tulisan Tertulis -
-Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang-
Mahasiswa dalam prinsipnya memiliki “ruang bebas” yang lebih dalam pergerakan, baik dikampus maupun diluar kampus. Oleh karena itu dalam konsep yang ideal mahasiswa harus memiliki peran aktif dalam menghadapi persoalan disekitar. Kondisi dilapangan yang menjadi social control lagi-lagi adalah mahasiswa. Mahasiswa yang disebut-sebut sebagai agen perubahan agent of change haruslah berpegang teguh dan memiliki prinsip serta pemikiran yang tercerahkan dan tidak terkontaminasi oleh pihak manapun. Mandiri, kritis, peduli dan kreatif. yang harus mampu mempunyai niat yang tulus dan murni sebagai “penyambung lidah rakyat” kata Cindy Adams dalam bukunya yang berjudul tersebut tentang soekarno.
Melihat kondisi saat ini, mahasiswa lupa akan tugas beratnya sebagai penuntut ilmu dan penyebar ilmu, meneliti dan inovasi serta mengabdi kepada masyarakat (tri dharma perguruan tinggi). Sekarang kenyataannya bagaimana? Apakah semua mahasiswa dikampus-kampus sudah menyadari hal itu? Terlihat dari sekian ribu mahasiswa dikampus yang pernah saya teliti, hanya sekitar 5% saja yang peduli terhadap keadaan yang terjadi di lapangan. Ex. Bencana, kebijakan pemerintahan dsb, yang seharusnya mahasiswa aktif mengiringi dan mengontrol secara aktif dan berkesinambungan dengan mengadakan diskusi interaktif dalam tatanan mahasiswa dengan mengedepankan nilai keterbukaan dan pencarian solusi, bukan debat “kusir” yang tidak ada ujung persoalannya.
Kita perlu adanya “pengingatan” dan “peringatan” kembali kepada mahasiswa tentang “zona aman” ini, jikalau sudah merasa nyaman dan tidak merasa galau dalam setiap detik per-kehidupan mahasiswa, itu bukan mahasiswa namanya, ujar pembicara seminar kebangsaaan yang pernah saya ikuti beberapa bulan silam. Jikalau mahasiswa sadar dan mampu menempatkan segala aspek peranannya yang sesuai serta tidak ada ego dan ambisi untuk selain menjaga kemurnian peran mahasiswa maka mahasiswa tidak akan lagi di cap sebagai “tukang demo”, “tawuran” bahkan “kaum intelek yang bukan intelek” sehingga, akan membuat masyarakat dan rakyat tentunya merindukan dan menjadikan mahasiswa benar-benar agen perubahan.
Agen perubahan yang murni berangkat dari suara rakyat dan keadilan untuk bisa membuat suasana yang kondusif dan adil serta sejahtera. Apalagi diskusi-diskusi yang menjadi cikal bakal konsep perubahan di kampus-kampus sudah mulai menghilang, budaya membaca mahasiswa yang semakin menurun akibat berbagai macam “masukan” dari dunia globalisasi. Berbagi pengalaman saja, saya pernah teringat dan termotivasi dengan kata-kata ini “kalaulah hidup hanya sekedar hidup, babi hutanpun hidup, kalau bekerja sekedar bekerja, kerapun bekerja” kata Buya Hamka yang selalu ter-iang dipikiran. Bukan berarti segala macam bentuk alat dan peralatan teknologi membuat kita lalai dan lemah dalam menuntut ilmu dan berkarya, saling share dan berdiskusi untuk membuat konsep dalam menyongsong perubahan. Kita butuh saling pengertian bukan saling “menyikut”, kita butuh saling berbagi bukan “kritik tanpa solusi”, kita butuh berpegangan tangan dan peduli, bukan acuh dan diam dan berada pada “zona aman”.
Perubahan kearah yang lebih baik menjadi harapan kita bersama, perubahan yang hakiki sebenarnya adalah bagaimana kita dapat merevolusi diri, membuat diri kita tak lagi berkutat kepada hal-hal yang tidak berguna dan mampu mempertanggung jawabkan diri dihadapan Allah SWT di akhirat kelak,sehingga setiap diri yang sadar akan mampu membawa suatu kelompok, suatu wilayah dan suatu bangsa menjadi tempat yang sesuai dengan harapan kita sesuai dengan sila terakhir dalam falsafah Negara kita “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” yang benar-benar BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA.
#mencoba menulis,semoga menjadi bahan berbagi dan saling kritik dan saling saran
-terimakasih
Senin, 04 Februari 2013
Usaha Kita
- Stiker
- Cover Bag
- Pin
dsb.
check this out on https://www.facebook.com/groups/fakultasteknikuhamka/
- Cover Bag
- Pin
dsb.
check this out on https://www.facebook.com/groups/fakultasteknikuhamka/